Rabu, 26 September 2012

Cara Menangani Tumpahan Bahan Kimia dan Biologi di Laboratorium

Tips Penanganan Darurat pada Kecelakaan di Laboratorium

Laboratorium merupakan tempat kerja yang berpotensi timbul kecelakaan. Meski kecelakaan kecil dan ringan, tetaplah merupakan kecelakaan yang bisa jadi menimbulkan efek yang lebih besar.
Sumber bahaya yang berpotensi menimbulkan kecelakaan bisa dari bahan kimia, bahan biologis, radiasi, aliran listrik, dan lainnya. Semua itu bisa membuat efek yang tidak diinginkan seperti keracunan, iritasi, ledakan hingga kebakaran.
Berikut ini merupakan tips cara penanganan awal sebagai pertolongan pertama (P3K) pada kecelakaan di Laboratorium kimia :

Luka bakar akibat zat kimia
A.    Terkena larutan asam
1.    kulit segera dihapuskan dengan kapas atau lap halus
2.    dicuci dengan air mengalir sebanyak-banyaknya
3.    Selanjutnya cuci dengan 1% Na2CO3
4.    kemudian cuci lagi dengan air
5.    Keringkan dan olesi dengan salep levertran.
B.     Terkena logam natrium atau kalium
1.    Logam yang menempel segera diambil
2.    Kulit dicuci dengan air mengalir kira-kira selama 15-20 menit
3.    Netralkan dengan larutan 1% asam asetat
4.    Dikeringkan dan olesi dengan salep levertran atau luka ditutup dengan kapas steril atau kapas yang telah dibasahi asam pikrat.
C.    Terkena bromin
1.    Segera dicuci dengan larutan amonia encer
2.     Luka tersebut ditutup dengan pasta Na2CO3. 
D.     Terkena phospor 
1.    Kulit yang terkena segera dicuci dengan air sebanyak-banyaknya
2.    Kemudian cuci dengan larutan 3% CuSO4.
Luka bakar akibat benda panas
1.    Diolesi dengan salep minyak ikan atau levertran
2.    Mencelupkan ke dalam air es secepat mungkin atau dikompres sampai rasa nyeri agak berkurang
Luka pada mata
Terkena percikan larutan asam

A.     Jika terkena percikan asam encer
1.      Mata dapat dicuci dengan air bersih kira-kira 15 menit terus-menerus
2.       Dicuci dengan larutan 1% Na2C3

B.    Terkena percikan larutan basa

1.        Dicuci dengan air bersih kira-kira 15 menit terus-menerus
2.        Dicuci dengan larutan 1% asam borat dengan gelas pencuci mata

Keracunan
Keracunan zat melalui pernafasan
Akibat zat kimia karena menghirup Cl2, HCl, SO2, NO2, formaldehid, amonia
1.       Menghindarkan korban dari lingkungan zat tersebut, kemudian pindahkan korban ke tempat  yang berudara segar
2.     Jika korban tidak bernafas, segera berikan pernafasan buatan dengan cara menekan bagian dada atau pemberian pernafasan buatan dari mulut ke mulut korban













CARA MENANGANI TUMPAHAN DARAH


http://www.youtube.com/watch?v=1X6t0FXRDcA&feature=related

CARA MENANGANI TUMPAHAN MERCURY

http://www.youtube.com/watch?v=gSp25E8tOZo
         
      Merkuri yang sangat berbahaya tidak harus ditangani tanpa alat pelindung. Ini film animasi menunjukkan bagaimana untuk menangani tumpahan merkuri aman.

Selasa, 18 September 2012




SIMBOL BAHAYA

      Simbol bahaya digunakan untuk pelabelan bahan-bahan berbahaya menurut Peraturan tentang Bahan Berbahaya (Ordinance on Hazardeous Substances).
 
       Peraturan tentang Bahan Berbahaya (Ordinance on Hazardeous Substances) adalah suatu aturan untuk melindungi/menjaga bahan-bahan berbahaya dan terutama terdiri dari bidang keselamatan kerja. Arah Peraturan tentang Bahan Berbahaya (Ordinance on Hazardeous Substances) untuk klasifikasi, pengepakan dan pelabelan bahan kimia adalah valid untuk semua bidang, area dan aplikasi, dan tentu saja, juga untuk lingkungan, perlindungan konsumer dan kesehatan manusia.


1. Explosive (bersifat mudah meledak)

 
Huruf kode: E
Bahan dan formulasi yang ditandai dengan notasi bahaya „explosive“ dapat meledak dengan pukulan/benturan, gesekan, pemanasan, api dan sumber nyala lain bahkan tanpa oksigen atmosferik. Ledakan akan dipicu oleh suatu reaksi keras dari bahan. Energi tinggi dilepaskan dengan propagasi gelombang udara yang bergerak sangat cepat. Resiko ledakan dapat ditentukan dengan metode yang diberikan dalam Law for Explosive Substances.
Di laboratorium, campuran senyawa pengoksidasi kuat dengan bahan mudah terbakar atau bahan pereduksi dapat meledak . Sebagai contoh, asam nitrat dapat menimbulkan ledakan jika bereaksi dengan beberapa solven seperti aseton, dietil eter, etanol, dll. Produksi atau bekerja dengan bahan mudah meledak memerlukan pengetahuan dan pengalaman praktis maupun keselamatan khusus. Apabila bekerja dengan bahan-bahan tersebut kuantitas harus dijaga sekecil/sedikit mungkin baik untuk penanganan maupun persediaan/cadangan.

2. Oxidizing (pengoksidasi)


Huruf kode: O
Bahan-bahan dan formulasi yang ditandai dengan notasi bahaya „oxidizing“ biasanya tidak
mudah terbakar. Tetapi bila kontak dengan bahan mudah terbakar atau bahan sangat mudah terbakar mereka dapat meningkatkan resiko kebakaran secara signifikan. Dalam berbagai hal mereka adalah bahan anorganik seperti garam (salt-like) dengan sifat pengoksidasi kuat dan peroksida-peroksida organik.


3. Extremely flammable (amat sangat mudah terbakar)


Huruf kode:F+
Bahan-bahan dan formulasi yang ditandai dengan notasi bahaya „extremely flammable “
merupakan likuid yang memiliki titik nyala sangat rendah (di bawah 0o C) dan titik didih
rendah dengan titik didih awal (di bawah +35oC). Bahan amat sangat mudah terbakar berupa gas dengan udara dapat membentuk suatu campuran bersifat mudah meledak di bawah kondisi normal.


4. Highly flammable (sangat mudah terbakar)



Huruf kode: F
Bahan dan formulasi ditandai dengan notasi bahaya ‘highly flammable’ adalah subyek untuk self-heating dan penyalaan di bawah kondisi atmosferik biasa, atau mereka mempunyai titik nyala rendah (di bawah +21oC). Beberapa bahan sangat mudah terbakar menghasilkan gas yang amat sangat mudah terbakar di bawah pengaruh kelembaban. Bahan-bahan yang dapat menjadi panas di udara pada temperatur kamar tanpa tambahan pasokan energi dan akhirnya terbakar, juga diberi label sebagai ‘highly flammable’.


5. Flammable (mudah terbakar)



Huruf kode: tidak ada
Tidak ada simbol bahaya diperlukan untuk melabeli bahan dan formulasi dengan notasi bahaya ‘flammable’. Bahan dan formulasi likuid yang memiliki titik nyala antara +21oC dan +55oC dikategorikan sebagai bahan mudah terbakar (flammable)


6. Very toxic (sangat beracun)

Huruf kode: T+
Bahan dan formulasi yang ditandai dengan notasi bahaya ‘very toxic’ dapat menyebabkan
kerusakan kesehatan akut atau kronis dan bahkan kematian pada konsentrasi sangat rendah
jika masuk ke tubuh melalui inhalasi, melalui mulut (ingestion), atau kontak dengan kulit.


7. Toxic (beracun)


Huruf kode: T
Bahan dan formulasi yang ditandai dengan notasi bahaya ‘toxic’ dapat menyebabkan
kerusakan kesehatan akut atau kronis dan bahkan kematian pada konsentrasi sangat rendah
jika masuk ke tubuh melalui inhalasi, melalui mulut (ingestion), atau kontak dengan kulit.


8. Harmful (berbahaya)


Huruf kode: Xn
Bahan dan formulasi yang ditandai dengan notasi bahaya ‘harmful’ memiliki resiko merusak
kesehatan sedang jika masuk ke tubuh melalui inhalasi, melalui mulut (ingestion), atau kontak
dengan kulit.


9. Corrosive (korosif)


Huruf kode: C
Bahan dan formulasi dengan notasi ‘corrosive’ adalah merusak jaringan hidup. Jika suatu
bahan merusak kesehatan dan kulit hewan uji atau sifat ini dapat diprediksi karena karakteristik kimia bahan uji, seperti asam (pH <2) dan basa (pH>11,5), ditandai sebagai bahan korosif.


10. Irritant (menyebabkan iritasi)


Huruf kode : Xi
Bahan dan formulasi dengan notasi ‘irritant’ adalah tidak korosif tetapi dapat menyebabkan
inflamasi jika kontak dengan kulit atau selaput lendir.


11. Bahan berbahaya bagi lingkungan


Huruf kode: N
Bahan dan formulasi dengan notasi ‘dangerous for environment’ adalah dapat menyebabkan
efek tiba-tiba atau dalam sela waktu tertentu pada satu kompartemen lingkungan atau lebih
(air, tanah, udara, tanaman, mikroorganisma) dan menyebabkan gangguan ekologi.

Kamis, 13 September 2012

ALAT-ALAT LABORATORIUM

Pengertian Alat dan Bahan di Laboratorium IPA
 

Alat laboratorium IPA merupakan benda yang digunakan dalam kegiatan di laboratorium IPA yang dapat dipergunakan berulang–ulang. Contoh alat laboratorium IPA: pinset, pembakar spiritus, thermometer, stopwatch, tabung reaksi, gelas ukur jangka sorong dan mikroskop. Alat yang digunakan secara tidak langsung di dalam praktikum merupakan alat bantu laboratorium, seperti tang, obeng, pemadam kebakaran dan kotak Pertolongan Pertama.

Bahan di laboratorium IPA merupakan zat kimia yang digunakan dalam kegiatan di laboratorium IPA yang bersifat habis pakai. Bahan kimia ada yang padat, cair maupun gas. Contoh bahan di laboratorium yang berbentuk padat: NaOH, Garam dapur (NaCl), amilum, serbuk besi, kapur (CaCO3) dan organ tumbuh-tumbuhan (daun, bunga, akar, dll).
Ini beberapa alat laboratorium beserta fungsinya :



1. Gelas Kimia







Gelas kimia adalah sebagai tempat untuk melarutkan zat yang tidak butuh ketelitian tinggi, misalnya pereaksi/reagen untuk analisis kimia kualitatif atau untuk pembuatan larutan standar sekunder pada analisis titrimetri/volumetri. Terdapat berbagai ukuran mulai dari 25 mL sampai 5 Liter. jadi tidak cocok untuk pembuatan larutan yang perlu ketelitian tinggi (secara kuantitatif).
Fungsi gelas kimia adalah sebagai tempat untuk melarutkan zat yang tidak butuh ketelitian tinggi, misalnya pereaksi/reagen untuk analisa kimia kualitatif, atau untuk pembuatan larutan standar sekunder pada analisa titrimetri/volumetri.


2. Buret


Buret adalah sebuah peralatan  laboratorium yang terbuat dari gelas berbentuk silinder seperti pipet besar yang memiliki garis ukur dan sumbat keran pada bagian bawahnya. Buret merupakan peralatan yang sangat penting saat melakukan analisa dengan metode Titrasi.
Buret berfungsi untuk meneteskan sejumlah reagen cair dalam eksperimen yang memerlukan presisi, seperti pada eksperimen titrasi

3. Pipet Tetes




 Pipet tetes adalah jenis pipet yang berupa pipa kecil terbuat dari plastik atau kaca dengan ujung bawahnya meruncing serta ujung atasnya ditutupi karet. Berguna untuk mengambil cairan dalam skala tetesan kecil.





4. Pipet ukur   





Pipet ukur merupakan alat utk memindahkan larutan dengan volume yang diketahui. Tersedia berbagai macam ukuran kapasitas pipet ukur, diantaranya pipet berukuran 1 ml, 5 ml dan 10 ml. Cara penggunaanya adalah cairan disedot dengan pipet ukur dengan bantuan filler sampai dengan volume yang diingini. Volume yang dipindahkan dikeluarkan mengikuti skala yang tersedia (dilihat bahwa skala harus tepat sejajar dengan mensikus cekung cairan) dengan cara menyamakan tekanan filler dengan udara sekitar.



5. Pipet volume



Pipet Gondok Pipet ini berbentuk seperti dibawah ini. Digunkan untuk mengambil larutan dengan volume tepat sesuai dengan label yang tertera pada bagian yang menggelembung (gondok) pada bagian tengah pipet. Gunakan propipet atau pipet pump untuk menyedot larutan





6. Neraca analitis 




Neraca analitik digital merupakan salah satu neraca yang memiliki tingkat ketelitian tinggi, neraca ini mampu menimbang zat atau benda sampai batas 0,0001 g.


 7.Corong gelas   


 Corong dibagi menjadi dua jenis yakni corong yang menggunakan karet atau plastik dan corong yang menggunakan gelas. Corong digunakan untuk memasukan atau memindah larutan ai satu tempat ke tempat lain dan digunakan pula untuk proses penyaringan setelah diberi kertas saing pada bagian atas.


7. klem dan statif 


Sebagai penjepit misalnya: Untuk menjepit soklet pada proses ekstraksi, Menjepit buret dalam proses titrasi,untuk menjepit kondensor pada proses destilasi.

8. Corong buncher

 Menyaring larutan dengan dengan bantuan pompa vakum.

9.  Desikator 

Untukmenyimpanbahan-bahan yang harusbebas air danmengeringkanzat-zatdalamlaboratorium. 

10. Gelas arloji 

 Terbuat dari gelas. Digunakan untuk tempat zat yang akan ditimbang.

11. Kawat Kasa 



Terbuat dari bahan logam dan digunakan untuk alas saat memanaskan alat gelas dengan alat pemanas/kompor listrik.
12. Kaki Tiga
Terbuat dari porselen dan berfungsi untuk menaruh krusibel saat akan dipanaskan langsung di atas api.

13. Labu Destilasi

Untukdestilasilarutan.Padabagianatasterdapatkaretpenutupdengansebuahlubangsebagaitempattermometer.

14. Filler (karet pengisap)

Untuk menghisap larutan yang akan dari botol larutan. Untuk larutan selain air sebaiknya digunakan karet pengisat yang telah disambungkan pada pipet ukur.

15. Rak tabung reaksi


Rak terbuat dari kayu atau logam. Digunakan sebagai tempat meletakkan tabung reaksi.

16. Penjepit Kayu



Penjepit kayu , digunakan untuk menjepit tabung reaksi pada saat pemanasan, atau untuk membantu mengambil kertas saring atau benda lain pada kondisi panas.

17. Labu ukur 


Untukmembuatdanataumengencerkanlarutandenganketelitian yang tinggi.

18. Spatula 


Terbuat dari bahan logam dan digunakan untuk alat Bantu mengambil bahan padat atau kristal.

19.  Tabung reaksi 



Terbuat dari gelas. Dapat dipanaskan. Digunakan untuk mereaksikan zat zat kimia dalam jumlah sedikit.

20. Piknometer 



Piknometer merupakan alat ukur yang dibuat dengan akurasi tinggi, sehingga kesalahan pengukuran sangat diperkecil. Angka taksiran biasanya tidak terdapat pada piknometer sehingga hasil pengukuran merupakan angka pasti.

















Rabu, 12 September 2012

INDIKATOR LARUTAN ASAM-BASA


EKSTRAKSI


         

Ekstraksi  adalah proses pemisahan satu atau lebih komponen dari suatu 
campuran homogen menggunakan pelarut cair (solven)  sebagai separating 
agent. 

TITRASI


                  Titrasi merupakan metode analisa kimia secara kuantitatif yang biasa digunakan dalam laboratorium untuk menentukan konsentrasi dari reaktan. Karena pengukuran volum memainkan peranan penting dalam titrasi, maka teknik ini juga dikenali dengan analisa volumetrik. Analisis titrimetri merupakan satu dari bagian utama dari kimia analitik dan perhitungannya berdasarkan hubungan stoikhiometri dari reaksi-reaksi kimia. Analisis cara titrimetri berdasarkan reaksi kimia seperti: aA + tT → hasil dengan keterangan: (a) molekul analit A bereaksi dengan (t) molekul pereaksi T. Pereaksi T, disebut titran, ditambahkan secara sedikit-sedikit, biasanya dari sebuah buret, dalam bentuk larutan dengan konsentrasi yang diketahui. Larutan yang disebut belakangan disebut larutan standar dan konsentrasinya ditentukan dengan suatu proses standardisasi. Penambahan titran dilanjutkan hingga sejumlah T yang ekivalen dengan A telah ditambahkan. Maka dikatakan baha titik ekivalen titran telah tercapai. Agar mengetahui bila penambahan titran berhenti, kimiawan dapat menggunakan sebuah zat kimia, yang disebut indikator, yang bertanggap terhadap adanya titran berlebih dengan perubahan warna. Perubahan warna ini dapat atau tidak dapat trejadi tepat pada titik ekivalen. Titik titrasi pada saat indikator berubah warna disebut titik akhir. Tentunya merupakan suatu harapan, bahwa titik akhir ada sedekat mungkin dengan titik ekivalen. Memilih indikator untuk membuat kedua titik berimpitan (atau mengadakan koreksi untuk selisih keduanya) merupakan salah satu aspek penting dari analisa titrimetri. Istilah titrasi menyangkut proses ntuk mengukur volum titran yang diperlukan untuk mencapai titik ekivalen. Selama bertahun-tahun istilah analisa volumetrik sering digunakan daripada titrimetrik. Akan tetapi dilihat dari segi yang ketat, istilah titrimetrik lebih baik, karena pengukuran-pengukuran volum tidak perlu dibatasi oleh titrasi. Pada analisa tertentu misalnya, orang dapat mengukur volum gas.


UJI ELEKTROLITAS LARUTAN


DESTILASI


                     Distilasi atau penyulingan adalah suatu metode pemisahan bahan kimia berdasarkan perbedaan kecepatan atau kemudahan menguap (volatilitas) bahan atau didefinisikan juga teknik pemisahan kimia yang berdasarkan perbedaan titik didih. Dalam penyulingan, campuran zat dididihkan sehingga menguap, dan uap ini kemudian didinginkan kembali ke dalam bentuk cairan. Zat yang memiliki titik didih lebih rendah akan menguap lebih dulu. Metode ini merupakan termasuk unit operasi kimia jenis perpindahan massa. Penerapan proses ini didasarkan pada teori bahwa pada suatu larutan, masing-masing komponen akan menguap pada titik didihnya. Model ideal distilasi didasarkan pada Hukum Raoultdan Hukum Dalton.

http://chemistry35.blogspot.com/2011/08/pengertian-destilasi.html